DASAR TEORI
A. Pengertian
Ventilasi
mekanik adalah suatu alat bantu mekanik yang berfungsi memberikan bantuan
nafas pasien dengan cara memberikan tekanan udara positif pada paru-paru
melalui jalan nafas buatanadalah suatu alat yang digunakan untuk membantu
sebagian atau seluruh proses ventilasi untuk mempertahankan oksigenasi (
Brunner dan Suddarth, 2002).
Beberapa keadaan
seperti asidosis dan alkalosis membuat keadaan tubuh membuat kompensasi dengan
berbagai cara untuk menyeimbangkan keadaan PH darah mendekati normal 7,35-7,45
dan kadar PO2 dalam darah mendekati 80-100 mmHg. Kompensai dapat berupa
hyperventilasi jika keadaan hipoksemia, atau pemenjangan waktu ekspirasi jika
terjadi hyperkarbia (peningkatan kadar CO2 dalam darah). Tetapi kompensasi
alamiah tidak sepenuhnya dapat mengembalikan kadar asam basa dalam darah
menjadi normal, tetapi dapat mengakibatkan kelelahan otot-otot nafas dan pasien
pada akhirnya menjadi hipoventilasio dan terjadi apneu.
Ventilator memberikan
bantuan dengan mengambil alih pernafasan pasien yang dapat di set menjadi mode
bantuan sepenuhnya atau bantuan sebagian. Mode Bantuan sepenuhnya diantaranya
VC (Volume Control) PC (Pressure Control), CMV (Control Minute Volume).
B. Tujuan Pemasangan
Ventilator Mekanik
Ada beberapa tujuan
pemasangan ventilator mekanik, yaitu:
1. Mengurangi kerja
pernapasan
2. Meningkatkan tingkat
kenyamanan pasien
3. Pemberian MV yang
akurat
4. Mengatasi
ketidakseimbangan ventilasi dan perfusi
5. Menjamin hantaran O2 ke
jaringan adekuat
C. Indikasi Pemasangan
Ventilator Mekanik
1. Pasien dengan gagal
nafas.
Pasien dengan distres
pernafasan gagal nafas, henti nafas (apnu) maupun hipoksemia yang tidak
teratasi dengan pemberian oksigen merupakan indikasi ventilasi mekanik.
Idealnya pasien telah mendapat intubasi dan pemasangan ventilasi mekanik
sebelum terjadi gagal nafas yang sebenarnya. Distres pernafasan disebabkan
ketidakadekuatan ventilasi dan atau oksigenasi. Prosesnya dapat berupa
kerusakan paru (seperti pada pneumonia) maupun karena kelemahan otot pernafasan
dada (kegagalan memompa udara karena distrofi otot).
2. Insufisiensi jantung.
Tidak semua pasien
dengan ventilasi mekanik memiliki kelainan pernafasan primer. Pada pasien
dengan syok kardiogenik dan CHF, peningkatan kebutuhan aliran darah pada sistem
pernafasan (sebagai akibat peningkatan kerja nafas dan konsumsi oksigen) dapat
mengakibatkan jantung kolaps. Pemberian ventilasi mekanik untuk mengurangi
beban kerja sistem pernafasan sehingga beban kerja jantung juga berkurang.
3. Disfungsi neurologist
Pasien dengan GCS 8
atau kurang yang beresiko mengalami apnu berulang juga mendapatkan ventilasi
mekanik. Selain itu ventilasi mekanik juga berfungsi untuk menjaga jalan nafas
pasien serta memungkinkan pemberian hiperventilasi pada klien dengan
peningkatan tekanan intra cranial.
4. Tindakan operasi
Tindakan operasi yang
membutuhkan penggunaan anestesi dan sedative sangat terbantu dengan keberadaan
alat ini. Resiko terjadinya gagal napas selama operasi akibat pengaruh obat
sedative sudah bisa tertangani dengan keberadaan ventilasi mekanik.
D. Klasifikasi
Ventilator mekanik
dibedakan atas beberapa klasifikasi, yaitu:
1. Ventilasi mekanik
diklasifikasikan berdasarkan cara alat tersebut mendukung ventilasi, dua
kategori umum adalah ventilator tekanan negatif dan tekanan positif.
a. Ventilator Tekanan
Negatif
Ventilator tekanan negatif mengeluarkan
tekanan negatif pada dada eksternal. Dengan mengurangi tekanan intratoraks
selama inspirasi memungkinkan udara mengalir ke dalam paru-paru sehingga
memenuhi volumenya. Ventilator jenis ini digunakan terutama pada gagal nafas
kronik yang berhubungn dengan kondisi neurovaskular seperti poliomyelitis,
distrofi muscular, sklerosisi lateral amiotrifik dan miastenia gravis. Saat ini
sudah jarang di pergunakan lagi karena tidak bias melawan resistensi dan
conplience paru, disamping itu ventla tor tekanan negative ini
digunakan pada awal – awal penggunaan ventilator.
b. Ventilator Tekanan Positif
Ventilator tekanan positif menggembungkan
paru-paru dengan mengeluarkan tekanan positif pada jalan nafas dengan demikian
mendorong alveoli untuk mengembang selama inspirasi. Pada ventilator jenis ini
diperlukan intubasi endotrakeal atau trakeostomi. Ventilator ini secara luas
digunakan pada klien dengan penyakit paru primer. Terdapat tiga jenis
ventilator tekanan positif yaitu tekanan bersiklus, waktu bersiklus dan volume
bersiklus.
2. Berdasarkan mekanisme
kerjanya ventilator mekanik tekanan positif dapat dibagi menjadi empat jenis
yaitu : Volume Cycled, Pressure Cycled, Time Cycled, Flow Cycle.
a. Volume Cycled
Ventilator.
Volume cycled merupakan jenis ventilator yang
paling sering digunakan di ruangan unit perawatan kritis. Perinsip dasar
ventilator ini adalah cyclusnya berdasarkan volume. Mesin berhenti bekerja dan
terjadi ekspirasi bila telah mencapai volume yang ditentukan. Keuntungan volume
cycled ventilator adalah perubahan pada komplain paru pasien tetap memberikan
volume tidal yang konsisten. Jenis ventilator ini banyak digunakan bagi pasien
dewasa dengan gangguan paru secara umum. Akan tetapi jenis ini tidak dianjurkan
bagi pasien dengan gangguan pernapasan yang diakibatkan penyempitan lapang paru
(atelektasis, edema paru). Hal ini dikarenakan pada volume cycled pemberian
tekanan pada paru-paru tidak terkontrol, sehingga dikhawatirkan jika tekanannya
berlebih maka akan terjadi volutrauma. Sedangkan penggunaan pada bayi tidak dianjurkan,
karena alveoli bayi masih sangat rentan terhadap tekanan, sehingga memiliki
resiko tinggi untuk terjadinya volutrauma.
b. Pressure Cycled
Ventilator
Perinsip dasar ventilator type ini adalah
cyclusnya menggunakan tekanan. Mesin berhenti bekerja dan terjadi ekspirasi
bila telah mencapai tekanan yang telah ditentukan. Pada titik tekanan ini,
katup inspirasi tertutup dan ekspirasi terjadi dengan pasif. Kerugian pada type
ini bila ada perubahan komplain paru, maka volume udara yang diberikan juga berubah.
Sehingga pada pasien yang setatus parunya tidak stabil, penggunaan ventilator
tipe ini tidak dianjurkan, sedangkan pada pasien anak-anak atau dewasa
mengalami gangguan pada luas lapang paru (atelektasis, edema paru) jenis ini
sangat dianjurkan.
c. Time Cycled Ventilator
Prinsip kerja dari ventilator type ini adalah
cyclusnya berdasarkan waktu ekspirasi atau waktu inspirasi yang telah
ditentukan. Waktu inspirasi ditentukan oleh waktu dan kecepatan inspirasi
(jumlah napas permenit). Normal ratio I : E (inspirasi : ekspirasi ) 1 : 2.
d. Berbasis aliran (Flow
Cycle)
Memberikan napas/ menghantarkan oksigen
berdasarkan kecepatan aliran yang sudah diset.
E. Mode Ventilator
Mekanik
Secara keseluruhan,
mode ventilator terbagi menjadi 2 bagian besar yaitu mode bantuan sepenuhnya
dan mode bantuan sebagian.
1. Mode bantuan penuh
terdiri dari mode volume control (VC) dan pressure control (PC). Baik VC
ataupun PC, masing-masing memenuhi target Tidal Volume (VT) sesuai kebutuhan
pasien (10-12 ml/kgBB/breath).
a. Volume Control (VC)
Pada mode ini, frekwensi nafas (f) dan jumlah
tidal volume (TV) yang diberikan kepada pasien secara total diatur oleh mesin.
Mode ini digunakan jika pasien tidak sanggup lagi memenuhi kebutuhan TV sendiri
dengan frekwensi nafas normal. Karena pada setiap mode control, jumlah nafas
dan TV mutlak diatur oleh ventilator, maka pada pasien-pasien yang sadar atau
inkoopratif akan mengakibatkan benturan nafas (fighting) anatara pasien dengan
mesin ventilator saat insfirasi atau ekspirasi. Sehingga pasien harus diberikan
obat-obat sedatif dan pelumpuh otot pernafasan sampai pola nafas kembali
efektif. Pemberian muscle relaksan harus benar-benar dipertimbangkan terhadap
efek merugikan berupa hipotensive.
b. Pressure Control (PC)
Jika pada mode VC, sasaran mesin adalah
memenuhi kebutuhan TV atau MV melalui pemberian volume, maka pada mode PC
target mesin adalah memenuhi kebutuhan TV atau MV melalui pemberian tekanan.
Mode ini efektif digunakan pada pasien-pasien dengan kasus edema paru akut.
2. Mode bantuan sebagian
terdiri dari SIMV (Sincronous Intermitten Minute Volume), Pressure Support
(PS), atau gabungan volume dan tekanan SIMV-PS.
a. SIMV (Sincronous
Intermitten Minute Volume)
Jika VC adalah bantuan penuh maka SIMV adalah
bantuan sebagian dengan targetnya volume. SIMV memberikan bantuan ketika usaha
nafas spontan pasien mentriger mesin ventilator. Tapi jika usaha nafas tidak
sanggup mentriger mesin, maka ventilator akan memberikan bantuan sesuai dengan
jumlah frekwensi yang sudah diatur. Untuk memudahkan bantuan, maka trigger
dibuat mendekati standar atau dibuat lebih tinggi. Tetapi jika kekuatan untuk
mengawali inspirasi belum kuat dan frekwensi nafas terlalu cepat, pemakaian
mode ini akan mengakibatkan tingginya WOB (Work Of Breathing ) yang akan
dialami pasien. Mode ini memberikan keamanan jika terjadi apneu. Pada pasien
jatuh apneu maka mesin tetap akan memberikan frekwensi nafas sesuai dengn
jumlah nafas yang di set pada mesin. Tetapi jika keampuan inspirasi pasien
belum cukup kuat, maka bias terjadi fighting antara mesin dengan pasien.
Beberapa pengaturan (setting) yang harus di buat pada mode SIMV diantaranya:
TV, MV, Frekwensi nafas, Trigger, PEEP, FiO2 dan alarm batas atas dan bawah MV.
b. Pressure Support (PS)
Jika PC merupakan bantuan penuh, maka PS
merupakan mode bantuan sebagian dengan target TV melalui pemberian tekanan.
Mode ini tidak perlu mengatur frekwensi nafas mesin karena jumlah nafas akan
dibantu mesin sesuai dengan jumlah trigger yang dihasilkan dari nafas spontan
pasien. Semakin tinggi trigger yang diberikan akan semakin mudah mesin
ventilator memberikan bantuan. Demikian pula dengan IPL, semaikin tinggi IPL
yang diberikan akan semakin mudah TV pasien terpenuhi. Tapi untuk tahap
weaning, pemberian trigger yang tinggi atau IPL yang tinggi akan mengakibatkan
ketergantungan pasien terhadap mesin dan ini akan mengakibatkan kesulitan
pasien untuk segera lepas dari mesin ventilator. Beberapa pengaturan (setting)
yang harus di buat pada mode VC diantaranya: IPL, Triger, PEEP, FiO2, alarm
batas atas dan bawah MV serta Upper Pressure Level. Jika pemberian IPL sudah
dapat diturunkan mendekati 6 cm H2O, dan TV atau MV yang dihasilkan sudah
terpenuhi, maka pasien dapat segera untuk diweaning ke mode CPAP (Continuous
Positive Air Way Pressure).
c. SIMV + PS
Mode ini merupakan gabungan dari mode SIMV dan
mode PS. Umumnya digunakan untuk perpindahan dari mode kontrol. Bantuan yang
diberikan berupa volume dan tekanan. Jika dengan mode ini IPL dibuat 0 cmH2O,
maka sama dengan mode SIMV saja. SIMV + PS memberikan kenyamanan pada pasien
dengan kekuatan inspirasi yang masih lemah. Beberapa pengaturan (setting) yang
harus di buat pada mode VC diantaranya: TV, MV, Frekwensi nafas, Trigger, IPL,
PEEP, FiO2, alarm batas atas dan bawah dari MV serta Upper Pressure Limit.
d. CPAP (Continous
Positif Airway Pressure)Mode ini digunakan pada pasien dengan daya inspirasi
sudah cukup kuat atau jika dengan mode PS dengan IPL rendah sudah cukup
menghasilkan TV yang adekuat. Bantuan yang di berikan melalui mode ini berupa
PEEP dan FiO2 saja. Dengan demikian penggunaan mode ini cocok pada pasien yang
siap ekstubasi.
F. Setting Ventilator
Mekanik
Untuk menentukan modus
operasional ventilator terdapat beberapa parameter yang diperlukan untuk
pengaturan pada penggunaan volume cycle ventilator, yaitu :
1. Frekuensi pernafasan
permenit
Frekwensi napas adalah
jumlah pernapasan yang dilakukan ventilator dalam satu menit. Setting normal
pada pasien dewasa adalah 10-20 x/mnt. Parameter alarm RR diseting diatas dan
dibawah nilai RR yang diset. Misalnya set RR sebesar 10x/menit, maka setingan
alarm sebaliknya diatas 12x/menit dan dibawah 8x/menit. Sehingga cepat mendeteksi
terjadinya hiperventilasi atau hipoventilasi.
2. Tidal volume
Volume tidal merupakan
jumlah gas yang dihantarkan oleh ventilator ke pasien setiap kali bernapas.
Umumnya disetting antara 8 - 10 cc/kgBB, tergantung dari compliance,
resistance, dan jenis kelainan paru. Pasien dengan paru normal mampu mentolerir
volume tidal 10-15 cc/kgBB, sedangkan untuk pasien PPOK cukup dengan 5-8
cc/kgBB. Parameter alarm tidal volume diseting diatas dan dibawah nilai yang
kita seting. Monitoring volume tidal sangat perlu jika pasien menggunakan time
cycled.
3. Konsentrasi oksigen
(FiO2)
FiO2 adalah jumlah
kandungan oksigen dalam udara inspirasi yang diberikan oleh ventilator ke
pasien. Konsentrasinya berkisar 21-100%. Settingan FiO2 pada awal pemasangan
ventilator direkomendasikan sebesar 100%. Untuk memenuhi kebutuhan FiO2 yang
sebenarnya, 15 menit pertama setelah pemasangan ventilator dilakukan
pemeriksaan analisa gas darah. Berdasarkan pemeriksaan AGD tersebut maka dapat
dilakukan penghitungan FiO2 yang tepat bagi pasien.
4. Rasio inspirasi :
ekspirasi
Rumus Rasio inspirasi
: Ekspirasi
Waktu Inspirasi + Waktu Istirahat
|
Waktu Ekspirasi
|
Keterangan :
a. Waktu inspirasi
merupakan waktu yang diperlukan untuk memberikan volume tidal atau
mempertahankan tekanan.
b. Waktu istirahat
merupakan periode diantara waktu inspirasi dengan ekspirasi
c. Waktu ekspirasi
merupakan waktu yang dibutuhkan untuk mengeluarkan udara pernapasan
d. Rasio inspirasi :
ekspirasi biasanya disetiing 1:2 yang merupakan nilai normal fisiologis
inspirasi dan ekspirasi. Akan tetapi terkadang diperlukan fase inspirasi yang
sama atau lebih lama dibandingkan ekspirasi untuk menaikan PaO2.
5. Limit pressure /
inspiration pressure
Pressure limit
berfungsi untuk mengatur jumlah tekanan dari ventilator volume
cycled. Tekanan terlalu tinggi dapat menyebabkan barotrauma.
6. Flow rate/peak flow
Flow rate merupakan
kecepatan ventilator dalam memberikan volume tidal pernapasan yang telah
disetting permenitnya.
7. Sensitifity/trigger
Sensitifity berfungsi
untuk menentukan seberapa besar usaha yang diperlukan pasien dalam memulai
inspirasi dai ventilator. Pressure sensitivity memiliki nilai sensivitas antara
2 sampai -20 cmH2O, sedangkan untuk flow sensitivity adalah antara 2-20
L/menit. Semakin tinggi nilai pressure sentivity maka semakin mudah seseorang
melakukan pernapasan. Kondisi ini biasanya digunakan pada pasien yang
diharapkan untuk memulai bernapas spontan, dimana sensitivitas ventilator
disetting -2 cmH2O. Sebaliknya semakin rendah pressure sensitivity maka semakin
susah atau berat pasien untuk bernapas spontan. Settingan ini biasanya
diterapkan pada pasien yang tidak diharapkan untuk bernaps spontan.
8. Alarm
Ventilator digunakan
untuk mendukung hidup. Sistem alarm perlu untuk mewaspadakan perawat tentang
adanya masalah. Alarm tekanan rendah menandakan adanya pemutusan dari pasien
(ventilator terlepas dari pasien), sedangkan alarm tekanan tinggi menandakan
adanya peningkatan tekanan, misalnya pasien batuk, cubing tertekuk, terjadi
fighting, dan lain-lain. Alarm volume rendah menandakan kebocoran. Alarm jangan
pernah diabaikan tidak dianggap dan harus dipasang dalam kondisi siap.
9. Positive end respiratory
pressure (PEEP)
PEEP bekerja dengan
cara mempertahankan tekanan positif pada alveoli diakhir ekspirasi. PEEP mampu
meningkatkan kapasitas residu fungsional paru dan sangat penting untuk
meningkatkan penyerapan O2 oleh kapiler paru.
G. Kriteria Pemasangan
Ventilator Mekanik
Menurut Pontopidan
(2003), seseorang perlu mendapat bantuan ventilasi mekanik (ventilator) bila :
1. Frekuensi napas lebih
dari 35 kali per menit.
2. Hasil analisa gas
darah dengan O2 masker PaO2 kurang dari 70 mmHg.
3. PaCO2 lebih dari 60
mmHg
4. AaDO2 dengan O2 100 %
hasilnya lebih dari 350 mmHg.
5. Vital capasity kurang
dari 15 ml / kg BB.
H. Komplikasi
Ventilator adalah alat
untuk membantu pernafasan pasien, tapi bila perawatannya tidak tepat bisa,
menimbulkan komplikasi seperti:
1. Pada paru
a. Baro trauma: tension
pneumothorax, empisema sub cutis, emboli udara vaskuler.
b. Atelektasis/kolaps
alveoli diffuse
c. Infeksi paru
d. Keracunan oksigen
e. Jalan nafas buatan:
king-king (tertekuk), terekstubasi, tersumbat.
f. Aspirasi cairan
lambung
g. Tidak berfungsinya
penggunaan ventilator
h. Kerusakan jalan nafas
bagian atas
2. Pada sistem
kardiovaskuler
Hipotensi, menurunya cardiac output
dikarenakan menurunnya aliran balik vena akibat meningkatnya tekanan intra
thorax pada pemberian ventilasi mekanik dengan tekanan tinggi.
3. Pada sistem saraf
pusat
a. Vasokonstriksi
cerebral
Terjadi karena penurunan tekanan CO2 arteri (PaCO2)
dibawah normal akibat dari hiperventilasi.
b. Oedema cerebral
Terjadi karena peningkatan tekanan CO2 arteri
diatas normal akibat dari hipoventilasi.
c. Peningkatan tekanan
intra kranial
d. Gangguan kesadaran
e. Gangguan tidur.
4. Pada sistem
gastrointestinal
a. Distensi lambung,
ileus
b. Perdarahan lambung
5. Gangguan lainnya
a. Obstruksi jalan nafas
b. Hipertensi
c. Tension pneumotoraks
d. Atelektase
e. Infeksi pulmonal
f. Kelainan fungsi gastrointestinal
; dilatasi lambung, perdarahan
g. Gastrointestinal.
h. Kelainan fungsi ginjal
i. Kelainan fungsi
susunan saraf pusat
BAGIAN - BAGIAN
PRINSIP KERJA
Beberapa ventilator tekanan positif
saat ini sudah dilengkapi sistim komputer dengan panel kontrol yang mudah
dioperasikan (user-friendly). Untuk mengaktifkan beberapa mode, setting dan
alarm, cukup dengan menekan tombol. Selain itu dilengkapi dengan layar monitor
yang menampilkan apa yang kita setting dan parameter alarm.
Ventilator adalah peralatan elektrik dan memerlukan sumber listrik. Beberapa ventilator, menyediakan back up batere, namun batere tidak di disain untuk pemakaian jangka lama. Ventilator adalah suatu metode penunjang/bantuan hidup (life - support); sebab jika ventilator berhenti bekerja maka pasien akan meninggal. Oleh sebab itu harus tersedia manual resusitasi seperti ambu bag di samping tempat tidur pasien yang memakai ventilator, karena jika ventilator stop dapat langsung dilakukan manual ventilasi.
Ketika ventilator dihidupkan, ventilator akan melakukan self-test untuk memastikan apakah ventilator bekerja dengan baik. Tubing ventilator harus diganti setiap 24 jam dan biarkan ventilator melakukan self-test lagi. Filter bakteri dan water trap harus di periksa terhadap sumbatan, dan harus tetap kering. Namun perlu diingat bahwa penanbahan filter dapat meningkatkan dead space.
Ventilator adalah peralatan elektrik dan memerlukan sumber listrik. Beberapa ventilator, menyediakan back up batere, namun batere tidak di disain untuk pemakaian jangka lama. Ventilator adalah suatu metode penunjang/bantuan hidup (life - support); sebab jika ventilator berhenti bekerja maka pasien akan meninggal. Oleh sebab itu harus tersedia manual resusitasi seperti ambu bag di samping tempat tidur pasien yang memakai ventilator, karena jika ventilator stop dapat langsung dilakukan manual ventilasi.
Ketika ventilator dihidupkan, ventilator akan melakukan self-test untuk memastikan apakah ventilator bekerja dengan baik. Tubing ventilator harus diganti setiap 24 jam dan biarkan ventilator melakukan self-test lagi. Filter bakteri dan water trap harus di periksa terhadap sumbatan, dan harus tetap kering. Namun perlu diingat bahwa penanbahan filter dapat meningkatkan dead space.
BLOG DIAGRAM
Penjelasan Rangkaian :
Saat alat dalam keadaan menyala maka LCD
melakukan inisialisasi. Karena IC Microkontroler AT89s51 telah mendapatkan
tegangan sebeesar 5V. Kemudian untuk penyetingan awal yaitu saat proses setting
timer kita tekan tombol up/down untuk menentukan lamanya proses pengkabutan.
Selanjutnya penyetingan pengkabutan kita tekan tombol up/down untuk menentukan
besar kecilnya pengkabutan.
Settingan yang dilakukan akan ditampilkan
pada LCD selanjutnya kita tekan tombol START maka alat akan bekerja. Kemudian
ic mikro akan memberikan perintah pada masing-masing driver mel P3.0,P3.1,P3.2,P3.3. Kemudian proses timer
akan berjalan apabila telah mendapatkan perintah dari IC micro sehingga TR1
saebagai transistor NPN akan saturasi apabila ia mendapatkan logika 1.
selanjutnya optocoupler akan bekerja apabila penyensor cahaya mendapatkan
tegangan yang dapat mengubah energi listri menjadi cahaya. Selanjutnya
transistor aakan menerima energi cahaya menjadi energi listrik dan tegangan
tersebut akan diterima TR5 sehingga TR5 saturasi mengakibatkan kontak RY1 akan
pindah ke NC sehingga dapat mengaktifkan motor.
Untuk
kerja dari TR2,TR3,TR4 sama halnya dengan TR1 hanya saja mereka akan
mengaktifkan selenoid untuk pengaturan pengkabutan dan alat bekerja. Setelah
timer habis maka alat akan mati atau berhenti dan proses terapi selesai.
STANDART OPERATIONAL PROSEDUR Pengoperasian Unit :
1. Pasien dianalisa
dengan menggunakkan BGA.
2. Intubasi dan weaning pasien terlebih dahulu dengan
suction.
suction.
3. Instal unit :
- Setup pasien (neonatus/Pediatric/Adult).
- Gas Supply O2 dan Air compress
- Circuit pasien sesuai kebutuhan.
- Penggunaan Invasive/non invasive
ventilator
- Setting Humidifier dari suhu standart
30-40 derajat.
-
Circuit cek,self test, standart test. (Utk safety alat).
AKHIRAN
A. Kesimpulan
Ventilasi mekanik adalah suatu alat bantu
mekanik yang berfungsi memberikan bantuan nafas pasien dengan cara memberikan
tekanan udara positif pada paru-paru melalui jalan nafas buatanadalah suatu
alat yang digunakan untuk membantu sebagian atau seluruh proses ventilasi
untuk mempertahankan oksigenasi
Ada beberapa tujuan
pemasangan ventilator mekanik, yaitu:
1. Mengurangi kerja
pernapasan
2. Meningkatkan tingkat
kenyamanan pasien
3. Pemberian MV yang
akurat
4. Mengatasi
ketidakseimbangan ventilasi dan perfusi
5. Menjamin hantaran O2 ke
jaringan adekuat
Indikasi Pemasangan
Ventilator Mekanik
1. Pasien dengan gagal
nafas
2. Insufisiensi jantung.
3. Disfungsi neurologist
4. Tindakan operasi
Menurut Pontopidan
(2003), seseorang perlu mendapat bantuan ventilasi mekanik (ventilator) bila :
1. Frekuensi napas lebih
dari 35 kali per menit.
2. Hasil analisa gas
darah dengan O2 masker PaO2 kurang dari 70 mmHg.
3. PaCO2 lebih dari 60
mmHg
4. AaDO2 dengan O2 100 %
hasilnya lebih dari 350 mmHg.
5. Vital capasity kurang
dari 15 ml / kg BB
B. Saran
Dengan dibuatnya
makalah ini semoga pengetahuan masyarakat khususnya mahasiswa tentang materi
Ventilator Mekanik dapat meningkat. Dari yang belum tahu menjadi tahu, dan dari
yang sudah tahu menjadi semakin mengerti.
Dan demi kesempurnaan makalah ini penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun.
DAFTAR PUSTAKA
Comments