Menjalankan perintah Allah ta’ala.
Allah ta’ala berfirman dalam al-Qur’an:
إِنَّ اللَّـهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ ۚ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا ﴿٥٦﴾
“Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman, bershalawatlah untuk Nabi dan ucapkanlah salam kepadanya.” (al-Ahzab: 56)
2. Bershalawat berarti menjalankan perintah Nabi.
Dalam sebuah hadits, baginda rasul bersabda;
لَا تَجْعَلُوا بُيُوتَكُمْ قُبُورًا ، وَلَا تَجْعَلُوا قَبْرِي عِيدًا ، وَصَلُّوا عَلَيَّ ، فَإِنَّ صَلَاتَكُمْ تَبْلُغُنِي حَيْثُ كُنْتُمْ
“Janganlah kalian menjadikan rumah-rumah kalian seperti kuburan dan jangan kalian jadikan kuburanku sebagai hari raya. Bershalawatlah untukku karena shalawat kalian sampai kepadaku di mana pun kalian berada.” (HR. Ahmad dan Abu Daud)
3. Terhindar dari kehinaan.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menyatakan dalam sabdanya;
رَغِمَ أَنْفُ رَجُلٍ ذُكِرْتُ عِنْدَهُ فَلَمْ يُصَلِّ علَيَّ
“Terhinalah seorang yang namaku disebut di sisinya namun ia tidak mau bershalawat untukku.” (HR. at-Tirmidzi)
4. Tidak terhitung sebagai orang yang bakhil.
Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh at-Tirmidzi dari Ali bin Abi Thalib, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
البَخِيلُ مَن ذُكِرثُ عِندَهُ فلم يُصَلِّ عَليَّ
“Orang yang bakhil adalah yang tidak bershalawat untukku ketika namaku disebut.”
5. Mendapat rahmat Allah ta’ala, dilipat gandakan pahala serta dipuji oleh Allah ta’ala.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ صَلَّى عَلَىَّ وَاحِدَةً صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ عَشْرًا
“Barangsiapa bershalawat kepadaku satu kali shalawat maka Allah akan bershalawat kepadanya seratus kali.” (HR. Muslim)
Kata al-Imam al-Qadhi ‘Iyadh rahimahullahu:
“Maknanya Allah akan merahmatinya dan melipatgandakan pahalanya seperti firman Allah ta’ala:
مَن جَاءَ بِالْحَسَنَةِ فَلَهُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا ۖ وَمَن جَاءَ بِالسَّيِّئَةِ فَلَا يُجْزَىٰ إِلَّا مِثْلَهَا وَهُمْ لَا يُظْلَمُونَ ﴿١٦٠﴾
“Barangsiapa membawa amal yang baik, maka baginya (pahala) sepuluh kali lipat amalnya.” (al-An’am: 160)
Bisa juga bermakna Allah ta’ala akan memuji orang tersebut di hadapan para Malaikat-Nya seperti pada hadits .” (Lihat Syarah Muslim karya an-Nawawi)
Berada pada posisi yang dekat kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan yang paling berhak mendapatkan syafaatnya pada hari kiamat.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menyatakan:
أَوْلَى النَّاسِ بِى يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَكْثَرُهُمْ عَلَىَّ صَلاَةً
“Orang yang paling dekat denganku (atau yang paling berhak mendapatkan syafaatku) pada hari kiamat adalah orang yang paling banyak bershalawat untukku.” (HR. at-Tirmidzi)
Lihat Tuhfatul Ahwadzi.
6. Terhindar dari kerugian pada hari kiamat.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَا جَلَسَ قَوْمٌ مَجْلِسًا لَمْ يَذْكُرُوا اللَّهَ فِيهِ ، وَلَمْ يُصَلُّوا عَلَى نَبِيِّهِمْ ، إِلاَّ كَانَ عَلَيْهِمْ تِرَةً ، فَإِنْ شَاءَ عَذَّبَهُمْ وَإِنْ شَاءَ غَفَرَ لَهُمْ
“Tidaklah duduk bermajelis suatu kaum, di dalamnya mereka tidak berdzikir kepada Allah dan tidak pula bershalawat untuk nabi-Nya melainkan bagi mereka kerugian pada hari kiamat. Jika Allah berkehendak niscaya Allah akan menyiksa mereka atau mengampuni mereka.” (HR. at-Tirmidzi)
Sekiranya cukup bagi kita beberapa dalil ini sebagai motivator untuk senang dan bersemangat dalam bershalawat untuk Nabi kita.
Tapi yang jadi pertanyaan, sudahkan kita bershalawat dengan cara yang benar atau sudah benarkah cara kita bershalawat agar dapat meraih keutamaan-keutamaan di atas?
Comments